Tuesday, August 3, 2010

pelangi

 
Dalam perjalanan jalan-jalan sore singkatku ke suatu tempat terpencil di sudut kota Ungaran (aku lupa dimana tepatnya tempat tersebut). Aku bersama dengan seorang teman (yang setengah kupaksa), kuajak jalan-jalan untuk melepas penat. Kebetulan saat itu hariku sedang tak menyenangkan, perasaanku sedang penat oleh sebab yang aku sendiri tak tahu itu apa. Tak tahan dengan suasana itu aku meminta seorang teman untuk membawaku berkeliling.
Akhir-akhir itu aku memang sedang ingin menikmati udara pegunungan. Beberapa hari melihat pemandangan laut ternyata sedikit membuatku bosan. Aku ingin merasakan sejuknya udara gunung. Menikmati hijaunya dedaunan dan rimbunnya pohon-pohon. Menkmati sawah ataupun gemericik air sungai. Dan karena hari itu sudah agak sore maka kami memilih tempat bernuansa pegunungan yang terdekat dengan tempat kami tinggal (Semarang). Dan tentunya pilihan kami  jatuh pada Ungaran. Sengaja kami memilih jalan yang jauh dari kota, mencari jalan sempit diantara gang-gang kecil di tepi kota Ungaran. Dari jalan menanjak yang seolah terlihat vertikal, sampai jalan berliku yang  seakan tak berujung kami lalui. Banyak pemandangan yang kami dapat. Mulai dari keelokan pemandangan bawah kota yang kami saksikan dari atas hingga pemandangan seram dari kuburan-kuburan yang kami jumpai di sepanjang perjalanan. Dan disepanjang perjalanan itu tak henti-hentinya saya berdecak kagum. Desa di pegunungan, kecantikan  yang benar-benar alami tersembunyi didalamnya.
Dalam perjalanan itu kami sempat diguyur hujan gerimis. Namun itu tak menghentikan deru laju kendaraan bermotor kami. Kami terus melaju melintasi jalanan berasapal terjal itu. Berusaha mencari kemanakah ujung dari semua keindahan itu. Gerimis tersebut mendera tak berapa lama, hanya beberapa saat kemudian datanglah secercah cahaya matahari sore.  Hari mulai terasa agak gelap dan kami mulai ragu untuk melanjutkan perjalanan ini. Takut untuk mengambil resiko untuk tersesat, motor pun mulai berbalik arah dan perjalanan kembali ke tempat asal kami sebelumnya. Semula tak ada yang spesial dari pemandangan di depan kami, semua masih sama ketika kami datang. Hingga saat ketika aku mengarahkan pandanganku keatas seraya menengadah ke langit biru di atas kami. Saat itulah aku menemukannya.
Aku terhenyak, tertegun sekaligus terkagum. Itu pelangi. Ya, itu adalah pelangi. Membentang indah dengan kombinasi warna yang sempurna. Tidak salah ternyata mataku ini. Yang aku lihat itu adalah benar-benar pelangi. Deretan garis warna-warni yang membujur sempurna dari ujung satu ke ujung yang lainnya. Mengagumkan, sungguh, aku takjub akan keindahannya.
Tampaknya gerimis yang sempat menghadang kami tadi menandakan akan munculnya ciptaan Tuhan yang mengagumkan ini. Aku tak ingin melewatkan moment ini begitu saja. Aku meminta (sedikit memohon) kepada temanku itu agar dia berkenan menghentikan laju motornya agar aku dapat sejenak menikmati pemandangan elok nan rupawan ini. Untunglah, sang teman baik hati hingga memberikan aku waktu untuk meresapi kejadian tersebut.
Dalam asyikku menikmati pemandangan itu, terpikir dalam benakku kapan terakhir kali aku melihat pelangi. Lama kuingat, dan ah, itu adalah tujuh tahun yang lalu. Ya, tahun 2003, dua tahun sebelum meninggalnya sang ibu kami tercinta.
Pelangi itu aku saksikan bersama dengan ibu dan kakak laki-lakiku. Pelangi menakjubkan. Datang secara tiba-tiba, melintas dengan indahnya diatas halaman istana kecil kami. Saat itu adalah hari raya Idul Fitri, hari raya terakhir yang kami rayakan di rumah itu bersama dengan ibu. Karena, ditahun berikutnya kami tak merayakannya di rumah itu, melainkan di rumah nenek. Dan tahun berikutnya lagi, mengikuti tahun-tahun selanjutnya, ibu tak pernah bersama kami lagi untuk merayakan hari raya. Sang Maha Kuasa Telah memanggilnya. Bersamaan itu pula kami tak lagi tinggal di rumah yang untuk beberapa tahun lamanya menjadi surga buat kami (aku, ibu dan kakak-kakakku).
Pelangi itu ditemukan oleh kakakku. Saat itu langit cerah. Awan bergumul dengan sangat indah. Tepat ketika aku dan kakak laki-lakiku pulang seusai menjalankan ibadah sholat Ied, saat itu secara bersamaan kami bertemu di ujung jalan menuju rumah kami. Sembari bercanda gurau dia, seraya berteriak menyuruhku untuk melihat keatas langit biru yang diantara awan-awan putihnya melingkar sebuah pelangi. Bukan dengan lingkaran sempurna, bukan pula kombinasi warna pelangi yang sempurna. Namun ada kesan yang mendalam yang disampaikan oleh sang pelangi. Dia memberikan keindahan sempurna. Tak terbayang bagaimana senangnya kami saat itu. Kegembiraan yang meluap-luap. Ekspresi wajah yang tak dapat digambarkan dengan apapun. Kemudian ibu keluar rumah menyambut kami. Kamimenunjukkan pemandangan indah yang kami telah temukan kepada. Tampaknya pun beliau merasakan kekaguman sama seperti yang kami rasakan. Hari itu terasa begitu sempurna bagi kami bertiga. Hari yang sangat istimewa. Yang akan selalu menjadi hari yang teristimewa di sepanjang hidup kami berdua (aku dan kakak laki-lakiku).
Hatiku pilu mengingat kejadian tujuh tahun silam itu. Ada rasa berkecamuk dalam batin ini. Perasaan bahagia yang hampir sama seperti yang kurasakan dipagi ketika aku melihat pelangi di atas rumahku bersama dengan ibu dan kakakku, serta perasaan sedih yang tak terkira mengenang hari itu yang tak akan pernah terulang kembali. Itu adalah tujuh tahun lampau. Waktu yang tidak sebentar, namun waktu itu berlalu begitu saja dan masih  menyisakan luka. Batinku menangis. Tak terasa air mata membendung di sudut mataku. Tak ingin temanku melihat kesedihanku, kuseka air mata itu di sela-sela pelindung kepala yang kukenakan.
Sang teman membuyarkan lamunanku, mengajakku untuk segera meninggalkan tempat itu karena malam mulai menjelang dan hari mulai agak gelap. Tapi sungguh, ingin rasanya aku berada di tempat itu sepanjang waktu. Menunggu hingga sang pelangi hilang diantara langit-langit sore. Tak ingin aku beranjak karena rasa takut dalam hati, rasa takut akan kehilangan sang pelangi.
Perjalanan pulang kami lalui sama ketika kami datang. Motor melaju diantara jalanan yang berliku. Entah saat itu berapa kali aku menoleh untuk melihat keberadaan sang pelangi. Memastikan apakah dia mengikuti kami. Untuk beberapa waktu aku masih bisa melihatnya, dia seolah-olah tersenyum kepadaku, berkata kepadaku “jangan khawatir, aku disini, semua akan baik-baik saja, aku akan membuatmu selalu tersenyum sama seperti aku selalu tersenyum kepadamu”. Aku pun tersenyum, terharu oleh kebaikannya.
Satu tikungan dan dia menghilang dari pandanganku. Ku coba mencari tapi tak terlihat olehku. Aku berucap selamat tinggal, dan berharap akan bertemu lagi dengannya. Ku hela nafas dan kuucap syukur kepada Tuhan karena telah menunjukkan aku satu kebahagiaan walaupun hanya dengan melihatnya. Dan kepada sang pelangi aku berterima kasih karena telah membuat hatiku tersenyum.


“Paint a rainbow inside of you, paint a rainbow, let your smile shine through. When it's cold and gray, push the clouds away, paint a rainbow in your heart.”  -anonymous-

No comments:

Post a Comment